Kamis, 28 Oktober 2010

Absurd Kesetaraan Gender



Benarkah kebijakan pemerintah selama ini tidak berpihak kepada perempuan? Sehingga perempuan seolah secara sistematis tidak memiliki peluang untuk andil memikirkan wilayah publik dan mengambil keputusan yang menentukan keberlangsungan hidupnya.
Sebagian aktivis perempuan meyakini itu. Tak heran pada Temu Nasional Aktivis Perempuan Indonesia yang digelar 28 -31 Agustus 2006 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dan diikuti sekitar 350 aktivis dari 28 provinsi di Indonesia, berakhir dengan menghasilkan 12 Isu Kritis Gerakan Perempuan Tahun 2006 – 2011. Isu itu berkaitan dengan: kemiskinan; hukum; fundamentalisme; politik; pendidikan; teknologi; media; budaya; seksualitas; bencana, sumberdaya alam dan globalisasi.
Tapi apakah memang itu persoalannya? Bila ditelaah secara mendalam, banyak argumentasi dari gagasan-gagasan feministik seputar jender ini mengandung banyak kerancuan (ambivalensi) karena gagasan ini dibangun di atas asumsi-asumsi tidak sesuai dengan realitas.
Salah satu ide dasar pemikiran feminisme adalah konsep kesetaraan jender; bahwa secara jender, laki-laki dan perempuan sama. Sekalipun secara biologis laki-laki dan perempuan berbeda, perbedaan tersebut tidak boleh berimplikasi pada perbedaan jender, karena perbedaan jender hanya akan memunculkan ketidakadilan sistemik atas kaum perempuan.
Dalam terminologi feminis, jender sendiri didefinisikan sebagai perbedaan perilaku (behavioral differences) atau sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Karena itu, jender juga sering disebut sebagai ‘jenis kelamin sosial’. Dari definisi ini, dalam persepsi feminisme, jender hanya merupakan produk budaya (nurture), bukan alami (nature), yakni sekadar ‘hasil persepsi’ suatu masyarakat atau bahkan bisa jadi hanya mitos atas apa yang disebut dengan sifat paten (kodrat) laki-laki dan sifat paten (kodrat) perempuan.
Karena merupakan produk budaya, menurut pengusungnya, jender dapat dipertukarkan dan bersifat tidak permanen, yakni dapat berubah sejalan dengan perubahan paradigma berpikir yang menjadi landasan budaya masyarakat tersebut. Berdasarkan kerangka berpikir ini, para pemujanya kemudian menolak konsep pembagian peran sosial yang dikaitkan dengan perbedaan biologis. Tidak boleh, misalnya, hanya karena secara biologis perempuan punya rahim dan payudara, kemudian dipersepsikan bahwa hanya perempuan yang memiliki sifat-sifat keperempuanan (feminitas) seperti sifat lembut, keibuan, dan emosional sehingga secara kodrati perempuan harus menjalani fungsi-fungsi keibuan dan kerumahtanggaan. Tidak boleh pula, laki-laki yang dianggap lahir dengan sifat-sifat maskulinitasnya, lalu diarahkan untuk menjadi pemimpin atas kaum perempuan.
Bagi mereka, persepsi-persepsi seperti ini muncul lebih disebabkan faktor budaya yang berpengaruh terhadap pembentukan konsep jender itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Kebetulan, kata mereka, saat ini budaya masyarakat sedang didominasi kultur patriarkal yang menempatkan posisi laki-laki lebih superior dibandingkan perempuan. Budaya seperti ini kemudian dianggap bertanggungjawab melahirkan ‘mitos-mitos peran jender yang merugikan kaum perempuan’, termasuk peran perempuan sebagai ibu yang mereka pandang ‘tidak strategis’ dan ‘tidak produktif’.
Karena dianggap merugikan, mereka berobsesi untuk mengubah masyarakat yang patriarki ini menjadi masyarakat berkesetaraan, baik melalui perubahan secara kultural (seperti melalui perubahan pola pendidikan dan pengasuhan anak, perubahan ‘persepsi’ keagamaan yang dianggap bias jender, dan lain-lain) maupun secara struktural (melalui perubahan kebijakan). Mereka berharap, ketika suatu saat masyarakat bisa memandang perempuan sebagai manusia (bukan atas dasar kelamin), maka pembagian peran sosial (domestik vis a vis publik) akan cair dengan sendirinya. Artinya, semua orang akan mampu berkiprah dalam bidang apapun yang diinginkannya tanpa harus khawatir dianggap menyalahi kodrat.
Absurd
Jika kita cermati, secara konseptual maupun praktis, ide kesetaraan seperti ini sangat absurd dan utopis. Ini karena pengusungnya seolah tak bisa menerima mengapa manusia harus lahir dengan membawa kodrat maskulinitas dan feminitasnya, sementara pada saat yang sama mereka tak mungkin mengabaikan fakta, bahwa manusia memang terdiri dari dua jenis yang berbeda. Lalu logika apa yang bisa dipakai untuk menjelaskan mengapa di dunia harus ada laki-laki dan perempuan dengan ‘bentuk’ dan ‘jenis’ yang berbeda, jika bukan karena keduanya memang memiliki peran dan fungsi yang berbeda?
Dari sini saja kita sebenarnya bisa melihat adanya ketidakcermatan kaum feminis dalam memahami dan menyikapi realitas. Kesan emosional justru dominan tatkala menyikapi ‘perbedaan’ tersebut sebagai sebuah ketidakadilan. Padahal realitasnya, tidak setiap perbedaan berarti ketidakadilan. Perbedaan peran dan fungsi ini justru memungkinkan direalisasikannya tujuan-tujuan luhur masyarakat secara keseluruhan, tanpa memandang apakah dia laki-laki ataukah perempuan.
Adanya perbedaan ini tentu tidak bisa dipandang sebagai sebuah ketidakadilan, karena semua ini ditetapkan Sang Maha Pencipta semata-mata demi kemaslahatan, kelestarian, dan kesucian hidup manusia dengan cara saling melengkapi dan bekerja sama sesuai dengan aturan-Nya; bukan demi kemaslahatan laki-laki saja atau perempuan saja.
Dalam perspektif feminisme, adanya ketidaksetaraan (disparitas) jender dianggap sangat merugikan perempuan, karena ketidaksetaraan inilah yang menyebabkan munculnya berbagai ketidakadilan sistemik atas perempuan, seperti terjadinya praktik subordinasi dan marjinalisasi di berbagai bidang (politik, ekonomi, sosial, dan budaya), pelabelan negatif, maraknya kasus-kasus tindak kekerasan, dan lain-lain. Mereka melihat, bahwa selama ini kesalahan persepsi tentang jender yang dipengaruhi budaya patriarki ini telah begitu berpengaruh tidak hanya dalam membangun, tetapi juga dalam mengontrol berbagai bentuk interaksi antara laki-laki dan perempuan secara tidak seimbang, terutama menyangkut peran mereka di dalam masyarakat: laki-laki diposisikan lebih serta punya power dan bargaining yang tinggi di hadapan perempuan; sementara kaum perempuan terpuruk di posisi-posisi rendah yang tak menjanjikan, serba dilematis, serba lemah, dan bahkan ‘terpaksa’ hidup dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada laki-laki sehingga layak diperlakukan secara semena-mena dan layak menjadi pihak yang dikorbankan.
Munculnya cara berpikir seperti ini sesungguhnya dipengaruhi oleh prinsip individualisme yang inheren dalam pemikiran demokrasi, yang menganggap bahwa masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang merdeka, dengan laki-laki di satu sisi dan perempuan di sisi lain. Prinsip ini telah menempatkan diri, ego, jenis, dan kelompok sebagai sumber orientasi. Salah satu contohnya, ketika muncul persoalan-persoalan yang menyangkut komunitas perempuan, mereka lantas memandang persoalan tersebut secara parsial dan dikotomik, yakni sebagai persoalan internal kaum perempuan yang harus diselesaikan oleh perempuan. Akibatnya, pemecahan yang dimunculkan pun menjadi parsial dan tidak memberikan penyelesaian tuntas, karena hanya dilihat dari satu perspektif saja, yakni perspektif perempuan.
Secara faktual, klaim ini terbantah oleh kenyataan bahwa apa yang disebut-sebut oleh kalangan feminis sebagai ‘persoalan perempuan’ ternyata tidak hanya menjadi ‘milik’ kaum perempuan. Tidak sedikit kaum laki-laki yang juga mengalami subordinasi, marjinalisasi, tindak kekerasan, dan lain-lain. Bahkan di dunia ketiga persoalan-persoalan seperti kemiskinan, diskriminasi, kekerasan, kebodohan, submission, kesehatan yang buruk, malnutrisi, dan sebagainya kini menjadi persoalan-persoalan krusial yang dihadapi masyarakat secara keseluruhan.
Sesungguhnya persoalan yang muncul pada sebagian individu baik komunitas laki-laki maupun perempuan; apakah menyangkut persoalan ekonomi, politik, sosial, dan bahkan persoalan yang memang menyangkut aspek keperempuanan (seperti masalah kehamilan, kelahiran, penyusuan, pengasuhan dan seterusnya) tidak bisa dipandang sebagai persoalan laki-laki saja atau perempuan saja, melainkan harus dipandang sebagai persoalan manusia/masyarakat secara keseluruhan dengan pandangan yang holistik dan sistemik. Dengan begitu, solusi yang dihasilkannya pun akan menyelesaikan persoalan secara tuntas dan menyeluruh. Hal ini sesuai dengan realita bahwa masyarakat bukan hanya sekadar terbentuk dari individu saja, tetapi juga dari kesamaan pemikiran, perasaan, dan aturan yang diterapkan disertai dengan adanya interaksi yang terus-menerus di antara anggota-anggotanya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. (*)

Rabu, 13 Oktober 2010

JANJI


Janji ,mungkin kata ini sudah tidak asing lagi d telinga kita semua,bahkan kita Sendiripun sering mengucapkan janji.
Janji adalah suatu yang harus ditepati oleh orang si pembuat janji tersebut.Allah berfirman "dan penuhilah janji,sesungguhnya janji itu pasti akan diminta pertanggung jawabannya" (Q.S.Al-Isro:34)) bahkan ada pepatah yang mengatakan "bahwa janji itu adalah hutang" dengan adanya firman dan pepatah ini tak ada alasan untuk menganggap sepele atau melupakan dgn apa yg kita janjkan .Tetapi kebanyakan orang sering menyepelekan dengan apa yang di janjikannya
Dan tak dapat di pungkiri kata janji sering terlontar oleh kita ketika sudah ada dalam keadaan terdesak dan menjadi suatu jaminan pada seseorang supaya kita dapat kepercayaan dari orang lain,dan dengan janji kitapun sering mengharapkan suatu timbalbalik dengan seorang yang kita beri janji
Kita semua pun mungkin sudah tahu bahwa para calon pejabat di negri ini banyak mengobral janji pada rakyatnya akan mensejahterakannya akan tetapi sedikit banyak janji itu sering tidak terpenuhi olehnya,dan contoh lainnya yang lebih sederhana adalah kita berjanji pada kedua orangtua untuk menjadi mahasiswa yang sejati,tetapi sedikit banyak mahasiswa malah melenceng dari kegiatannya sebagai mahasiswa
Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga :
1.apabila ia berjanji ia ingkar
2.apabila berkata ia dusta
3.apabila ia dipercaya ia khianat
(HR.Muslim,kitabul iman,Bab khisalul munafik no.107 dari jalan abu khurairah)
Menurut hadist di atas kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang munafik itu bertumpu pada "apbila berjanji ia ingkar" maka secara otomatis ciri yang ke-2 dan ke-3 juga akan melekat pada seorang yang mengingkari janjinya
Nah untuk merenungi hal-hal diatas bahwasanya kita harus berpikir dulu sebelum kita mengucapkan janji,dan janganlah berjanji apabila kita tidak bisa menepatinya
ingatlah bahwa allah sangat membenci orang-orang munafik dan allah telah menjanjikan neraka baginya..
Allah berfirman "sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka (Q.S.Annisa:145)
Semoga ALlah menjaga kita dari segala perbuatan yang di benci oleh-Nya.
By: Taz

PERSAHABATAN




Sahabat, apa itu sahabat? Mungkin kata sahabat ini mudah untuk diucapkan namun sulit untuk di temukannya,terkadang kita punya beribu-ribu teman namun yang bisa di sebut sahabat mungkin hanya satu dua orang nya, melihat dari ini sahabat sangatlah sulit untuk di temukan, nah apakah dengan ini kita akan menyia-nyiakan sahabat kita??
      Dan tanpa disadari apa yang kita lakukan untuk sahabat terkadang melelahkan bahkan menjengkelkan, akan tetapi dengan hal itulah persahabatan akan menjadi lebih indah dan erat.idalam persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan naumun dengan sahabat sejati kita bisa melewatinya bahkan bertambah dewasa karenanya. Persahabatan tidak terjalin secara otomatis akan tetapi membutuhkan peroses yang amat panjang.
      Di dalampersahabatan sering diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur dan disakiti, diperhatikan – dikecewakan, didengar –  diabaikan, namun semua itu tidak terjadi dengan adanya unsur kebencian dari tiap-tiap sahabat. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru dengan rasa persahabatan ia memberanikan diri menegur apa adanya,sahabat tidak akan membungkus semua pukulan dengan ciuman, tetapi mengungkapkan segalanya meskipun itu menyakitkan dengan tujuan sahabatnya bisa berubah.
      Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha dari pemeliharan kesetiaan,akan tetapi bukan hanya kita sedang ada butuhnya saja  kita memberi perhatian dan pertolongan, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa-apa yang dibutuhkan oleh sahabat. Kerinduannya adalah sebagai bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang di bangun dari rasa egoistis.
      Semua orang pasti membutuhkan seorang sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkan sahabatnya. Banyak pula yang sudah merasakan indahnya persahabatan namun ada pula yang hancur karena pengkhianatan. Beberapa hal yang dapat menghancurkan persahabatan antara lain :
1.      Masalah bisnis UUD ( Ujung - Ujungnya Duit )
2.      Ketidakterbukaan
3.      Kehilangan Kepercayaan
4.   Perubahan perasaan antar lawan jenis
5.      Ketidaksetiaan

Akan tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahbat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya. Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari pada mempunyai seribu teman yang mementingkan pribadinya saja.ada sebuah istilah “ Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan kita mengenal teman-teman kita’’



Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesusahan.
siapa yang ada di samping anda?
Siapa yang mengasihi anda ketika anda merasa tidak di cintai??
Siapa yang ingin bersama anda ketika anda tidak tidak dapat memberi??
Jawaban dari pertanyaan itu hanyalah satu yaitu sahabat-sahabat anda,maka jagalah dan peliharalah sebuah persahabatan anda dengan mereka







Sabtu, 09 Oktober 2010

konyol

ini cerita ke itung paling konyol dalam hidup saya,,soalnya ko bisa ya kejadian,,
gini ceritanya bro..
singkat cerita w d mintain tolong ma temen w buat nganter beli hp ke salah satu pusat perbelanjaan elektronik di bandung,,tetapi sebelum ke sana vv (temen yg minta anter) ngajak ketemuan dulu sama sodaranya dengan alasan ngambil obat,,
kita be dua naek motor tuh boncengan,,di tengah perjalanan vv minta berhenti dulu.
ternyata vv nelepon sodaranya dulu karena kita gag tau percis d mana tempat kerjanya..beres menelpon,,saya langsung nyalain motor dan langsung capcuz aja tarik gas,,saya enjoy aja tancap gas g lama kemudian HP saya bunyi,,langsung saja saya liat siapa yang nelpon,,ternyata yang muncul d halaman depan hp ya si vv..
ko aneh fikir saya dia lagi d bonceng nelponin..
dengan sedikit berteriak "v ko nelponin taz sih???salah pencet tuh!!"
ko si vv ga nyaut2 aja d bilangin gituh..pas saya liat ke belakang..
alamak si vv ternyata g ada d jok belakang motor,,rupanya si vv ketinggalan di tempat yang tadi..
HAHAHAHAHAHA dengan wajah tanpa dosa saya bilang "maaf v taz g nyadar"..

inilah wajah malang temen saya yg merasakan kekonyolan ku

NGABOBODO SI ADULT[1]


Pada hari senin yang cerah parasantripun bergegas untuk melaksanakan pekerjaan rutin semua siswa-siswi se indonesia yaitu upacara pengibaran bendera,hilman pun dengan penuh semangat selepas mandi ia langsung berpakaian rapih dan wangi,setelah semuanya terasa sudah siap hilman turun menapaki anak tangga satu persatu dengan ceria,
Sesampainya di lapangan upacara hilman keheranan di suruh kembali lagi menuju kobong oleh salah satu staf pengajar untuk melengkapi atribut upacaranya yaitu peci,hilman memegang kepalanya dan ia baru tersadar bahwa memang dia lupa memakai peci,hilman pun langsung menuju kobong dan mengarah ke lemari miliknya,akan tetapi peci tersebutternyata tak ada di lemarinya,dengan keheranan dan tergesa-gesa hilman mulai mencari ke lemari-lemari temannya.
Sedang sibuknya mencari, datang satu temannya yaitu ilham,,dengan wajah yang sangat semangat di campuri senyuman yang meledek,ilham menarik tangan hilman dengan keras,hilman langsung memasang wajah yang penuh keheranan dan penuh tanda tanya
Hilman                  :”ai sia aya naon memetot urang??”dengan nada kesal hilman berucap
Ilham                     :”ssssstttttssttttt” ilham hanya memberi isyarat supaya hilman jangan bersuara tanpa bicara satu katapun.
Hilman langsung nurut dan pasrah di bawa kemana saja..
Akhirnya sampailah mereka berdua di atap kobong,sesampainya di sana ilham menyuruh hilman untuk membuka penutup langi-langit kobong sebelah yang memang kebetulan pada bolong-bolong dan hanya ditutupi oleh sehelai kardus bekas. ”.......”ilham cuman menunjuk-nunjuk saja dengan isyaratnya dan masih bungkam tak mau bicara,tanpa pikir panjang hilman langsung membuka penutup itu dan apa yang hilman lihat?? Ternyata hilman tak melihat apapun hanya ada lemari dan perlengkapan lainnya,,dengan wajah marah hilman menegokkan wajahnya ke ilham,,ilham trus-trusan menunjuk seolah menyuruh hilman untuk melihat ke pojokan kobong sebelah di atas ranjang tempat tidur,dan tebak apa yang hilman lihat?? Ternyata hilman melihat salah seorang sedang melakukan tindakan asusila yaitu masturbasi[2]. “Astagfirullah” hilman dan ilham langsung berlarian menuju kobong mereka berdua langsung tertawa terbahak-bahak..
-----SEKIAN-----


[1] Samaran buatkepunyaan paralelaki
[2] Masturbasi adalah dimana seorang pria atau wanita memuaskan gairah sex nya dengan cara manual bahasa kerennya yaitu onani atau coli

ASSALAMUALAIKUM GHAIB

ASSALAMUALAIKUM GHAIB
                Suatu hari tepatnya selepas menunaikan shalat shubuh Hilman salah seorang santri siswa kelas tiga MTS hendak pergi kekelas,kebetulan pada saat itu pengaji diliburkan karena ustad yang kebagian jadwal sedang mempunyai halangan,Hilman bermaksud untuk melihat nomor urut peserta ujian dan melihat di mana posisi duduknya nanti,memang waktu itu seminggu lagi menghadapi ujian akhir semester genap,sebelum pergi kekelas Hilman bertanya pada salah seorang temannya yaitu Hamid
Hilman                  :”mid aii nomor urut peserta ujian geus di tempel cannya??dikelas mana??”
Hamid                :”tuing atuh man,tinggali weh sorangan palingge di kelas 2 aliyah(sekarang kelas 2 MTS)      lamun MTS mah”
Hilman                  :”ohh,nya geus atuh urang ninggali heula ka kelas”
Hilman pun bergegas menuju kelas
                Sesampainya di kelas yang gelap gulita nan kelam dan penuh dengan misteri,Hilman dengan isengnya mengucapkan salam ‘’Assalamualaikum’’ seru hilman dengan nada sayup.
                Tak disangka salam hilman pun mendapat balasan ‘’Walaikumsalam’’.Hilman terkaget-kaget mendengar balasan salamnya,suaranya wanita itu sangat merdu sehingga membuat bulu kuduknya bediri,padahal pada waktu itu tak ada seorangpun berada dikelas kecuali Hilman.dengan rasa penasaran hilman mencari dari mana asal suara tersebut,ya walaupun rasa takut menemani.
                Akan tetapi rasa penasarannya menutupi rasa takutnya.Hilman mulai mengelilingi seisi kelas,ia melihat ke kolong bangku,ke kolong meja, namun tak menemukan seseorangpun,akhirnya Hilman memutuskan untuk pergi ke kobong, akan tetapi ketika ia membalikan badan dan menghadap ke salah satu bangku, ternyata bangku itu bergeser sendiri.Dengan rasa takut yang memuncak akibat melihat kursi yang bergeser, hilman pun berteriak sambil berlari menuju kobong,sesampai di kobong Hamid merasa keheranan melihat wajah temannya yang penuh dengan rasa takut, lalu Hamid pun menanyakan apa yang sudah membuat wajah hilman di balut rasa takut.
Hamid                   :”man kunaon maneh jojorowokan siga nu kasieunan?? ”
Hilman                  :”dikelas mid,bieu aya jurig..aslina”
                                (hilman mencoba meyakinkan temannya)
Hamid                                   :”ahh, manehmah sok aya-aya wae maenya aya jurig wayah kieu,lamun peuting urang percaya”
Ketika mereka berdua sedang ngobrol datang temannya satu lagi yaitu Apip,ia pun langsung ikut nimbrung sama-sama
Apip                       :”hooh dakocan (sebutan hilman) manehmah sok araneh wae ahh”
Hilman                  :”ihhh..nya geus lamun teu percayamah hayu kakelas kabehan!!”
‘’Hayu’’ seru apip dan hamid dengan nada menantang
Akhirnya mereka bertiga bergegas menuju kelas untuk membuktikan cerita hilman yang dipikir Hamid dan Apip adalah sebuah kekonyolan belaka.
Sesampainya dikelas Hamid dan Apip mengucapkan salam berkali-kali,namun tak sekalipun ada balasan dari suara ghaib seperti yang hilman katakan tadi,Hamid pun mulai merasa kesal pada Hilman.‘’Mana man ahh geningan eweuh?,sok cobaan kumaneh!!!”(dengan nada kesal hamid bicara pada hilman).
Hilman pun mencoba mengucapkan salam dengan nada yang sama seperti yang ia lakukan pertama kali ‘’Assalamualaikum”.dengan anehnya tiba-tiba saja suara ghaib itu muncul lagi menjawab salam hilman, namun suara yang keluar lebih keras lagi.mereka bertiga bertambah rasa penasaran begitupun dengan rasa takutnya,ketika mereka mencari di mana pusat suara itu keluar tiba-tiba saja bangku yang berada di pojok kelas bergeser dengan keras,”ciiiiiiiiiiitttttt” suara decitan kursi yang memekik telinga mereka,tanpa pikir panjang mereka bertiga lari ketakutan sambil membawa rasa takut yang amat sangat.
-----Sekian-----
Nb: memang betul kelas itu sudah menjadi pembicaraan kelasik bagi parasantri sebelum-sebelumnya.akan tetapi makhluk ghaib ini tidak bermaksud untuk menakut-nakuti parasantri,ambil saja hikmahnya dari kisah ini.mungkin pesan dari kejadian ini janganlah sekali-kali kita bicara sompral karena ada mahluk lain yang hidup di alam ini selain manusia.kisah ini adalah kisah nyata yang di alami oleh Hilman ketika masih duduk di kelas 3 MTS .